Kamis, 12 Januari 2012

Just an Islami Tips


Setelah akad nikah, disunnahkan mempelai laki-laki memegang ubun-ubun mempelai wanita seraya berucap doa berikut:

ALLAHUMMA INNI AS’ALUKA MIN KHAIRIHA WA KHAIRI MA JABALTAHA ‘ALAIHI. WA A’UDZUBIKA MIN SYARRIHA WA SYARRI MA JABALTAHA ‘ALAIHI
Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepadaMu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya”
Doa Ingin Berjima’
Dari Ibnu Abbas berkata.”Rasulullah saw bersabda,’Seandainya seorang dari kalian ingin mendatangi keluarganya (hendaklah dia ) berdoa : Allahumma Jannibnasy Syaithon wa Jannibisy Syaithon Maa Rozaqtanaa (Wahai Allah jauhilah kami dari setan dan jauhilah setan dari kami terhadap rezeki yang Engkau berikan kepada kami). Sesungguhnya jika dikehendaki diantara mereka berdua seorang anak saat itu maka setan tidaklah dapat mencelakakannya selamanya.” (Muttafaq Alaihi)
Ash Shan’aniy mengatakan bahwa ini merupakan lafazh dari Imam Muslim. Hadits ini merupakan dalil agar berdoa sebelum berhubungan dengan istri ketika muncul keinginan untuk itu. Riwayat ini menafsirkan riwayat ,”Seandainya seorang dari kalian berdoa saat mendatangi istrinya—dikeluarkan oleh Bukhori—bahwasanya maksud dari saat adalah ingin. Kata ganti dari jannibna adalah untuk laki-laki (suami) dan perempuan (istri). (Subul as Salam juz III hal 273)
Jadi doa tersebut dibaca seseorang ketika hendak menggauli istrinya sebelum berbagai muqoddimah (permainan) jima’ dilakukan.
Mendoakan Istri dan Shalat Dua Rakaat Setelah Ijab Kabul
DIanjurkan bagi seorang suami setelah melangsungkan akad nikahnya untuk meletakkan tangannya di kening istrinya sambil berdoa,” Allahumma Innii Asaluka Min Khoiriha wa Khoiri Ma Jabaltaha Alaihi. Wa Audzu bika Min Syarri wa Syarri Ma Jabaltaha Alaih—Wahai Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan dari apa yang Engkau berikan kepadanya serta Aku berlindung kepada-Mu daripada keburukannya dan keburukan yang Engkau berikan kepadanya..”
Selain itu dianjurkan bagi mereka berdua untuk melaksanakan shalat dua rakaat dan berdoa kepada Allah agar diberikan kebaikan dan dihindarkan dari keburukan. Diriwayatkan Ibnu Syaibah dari Ibnu Masud, dia mengatakan kepada Abi Huraiz,”Perintahkan dia untuk shalat dua rakaat dibelakang (suaminya) dan berdoa,”Allahumma Barik Lii fii Ahlii dan Barik Lahum fii. Allahummajma’ Bainanaa Ma Jama’ta bi Khoirin wa Farriq Bainana idza Farroqta bi Khoirin—Wahai Allah berkahilah aku didalam keluargaku dan berkahilah mereka didalam diriku. Wahai Allah satukanlah kami dengan kebaikan dan pisahkanlah kami jika Engkau menghendaki (kami) berpisah dengan kebaikan pula.”
Dari Syaqiq berkata,”Datang seorang laki-laki yang dipanggil dengan Abu Huraiz lalu dia berkata kepada Ibnu Mas’ud,’Sesungguhnya aku menikahi seorang budak perempuan perawan. Sesungguhnya aku takut dia akan membenciku.’ Lalu Abdullah (bin Mas’ud) mengatakan, ’Seungguhnya rasa cinta berasal dari Allah dan kebencian dari setan yang ingin menjadikan kebencian kepada kalian terhadap apa-apa yang dihalalkan Allah. maka jika dia mendatangimu maka shalatlah dua rakaat dibelakangmu.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah)
Jika seorang wanita yang baru melangsungkan akad nikah sedang dalam keadaan haidh maka cukuplah dirinya dan suaminya berdoa kepada Allah swt meminta kebaikan dari-Nya bagi mereka berdua dan keluarganya.
Wallahu A’lam

Jumat, 06 Januari 2012

Tata Cara Khutbah Jum'at


  1. Membaca basmalah : bismillaahir rahmaanir rahiimi
  2. Mengucapkan salam : assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
  3. Adzan
  4. Membaca hamdalah :
    innalhamdalillaah, nahmaduhuu
    wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
    wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
    wa min syayyi-aati a'maalinaa
    man yahdillaahu falaa mudhillalahu
    wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
  5. Membaca syahadat :
    asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalaahu
    wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu
    laa nabiyya ba'dahu
  6. Membaca shalawat :
    allaahumma shalli 'alaa syayyidinaa muhammadin
    wa 'alaa aalihii wa shahbihii 'ajma'iin
  7. Membaca ayat alqur'an yang mengajak bertaqwa kepada allah (biasanya khatib membaca ali imran ayat 102)
    fa-uushiikum wa nafsii bit taquullaah
    qaalallaahu ta'aala fiil qur'aanil kariim
    a'uudzubillaahi minasy syaithoonir rajiim
    yaa ayyuhal ladziina 'aamanuu
    ittaquullaaha haqqaa tuqaatihi
    wa laa tamuutunnaa illaa wa antum muslimuun

    wa qaalallahu ta'aalaa fil qur'aanil karim
    audzubillaahimina sy syaitoon nirrojiim ...

    Membaca ayat alqur'an yang lain sesuai dengan topik khutbah
    amma ba'du
  8. Berwasiat untuk diri sendiri dan jamaah agar selalu dan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT
  9. Mulai berkhutbah sesuai topiknya memanggil jamaah bisa dengan panggilan ayyuhal muslimun atau ma'asyiral muslimin rahimakumullah, atau sidang jum'at yang dirahmati allah.
  10. Menutup khutbah pertama dengan do'a untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat
    barakallahu lii wa lakum fill qur'aanil azhiim
    wa nafa'nii wa iyyakum bima fiihimaa minal aayaati wa dzikril hakiim
    wa nafa'anaa bi hadii sayyidal mursaliin
    wa biqawlihiil qawiim aquulu qawli haadza
    wa astaghfirullaahal 'azhiim lii wa lakum
    wa lii syaa-iril mu'miniina wal mu'minaat
    wal muslimiina wal muslimaat min kulli dzanbii
    fastaghfiruuhuu innahuu huwas samii'ul 'aliim
    wa innahuu huwal ghafuurur rahiim
  11. Duduk sebentar (tuma'ninah) untuk memberi kesempatan jamaah jum'at untuk beristighfar dan membaca shalawat pelan-pelan
  12. Khutbah kedua aturannya persis sama dengan khutbah pertama semua urutan dari hamdalah, syahadat, shalawat, wasiat taqwa, ayat qur'an, dan do'a untuk seluruh orang muslim/muslimat dan mu'minin/mu'minat harus dipenuhi. Contoh bacaan yang berbeda pada khutbah kedua :
    alhamdulillah,
    alhamdulillaahi hamdan katsiiraan thayyiban mubaarakan fiihi
    kamaa yuhibbu rabbunaa wa yuriidhuu
    wa asyhadu an laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalahu
    wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhu
    shallallaahu 'alaihi wa 'alaa aalihii wa shahbihi wa sallam
    tasliiman katsiiran ilaa yaumid diin
    amma ba'du
    fattaquullaahu haqqut taqwaa kamaa amar
  13. Bacaan penutup wasiat khutbah kedua dan membaca ayat al qur'an yang menyuruh bershalawat (al ahzab 56)
    'ibaadallaah innallaaha amarakum bi amri bi da-aafiati binafsihi
    wa tsanii bimalaaikatihil musabbihati biqudsihi
    wa tsullatsaa bikum ayyuhal mu-minuuna min jannati wa insihi
    fa qaalallaahu qawlan kariiman
    innallaaha wa malaaikatahuu yushalluuuna 'alan nabii
    yaa ayyuhal ladziina 'aamanuu shalluu 'alaihi wa salliimu tasliimaa
    allaahumma shalli wa sallim wa baarik 'alaa 'abdukaa wa rusuulikaa muhammad
    wa aridhallaahumma 'an khulafaa-ur raasyidiin
    abi bakri wa 'umaara wa 'utsmaana wa 'alii
    wa 'an syaa-iril aali wash shahaabati ajma'iin
    wat taabi'iina wat taabi'it taabi'iina
    wa man tabi'ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin
    wa 'alaina ma'ahum birahmatika yaa arhamar raahimiin
  14. Membaca do'a
    allahummagh fir lil mu'miniina wal mu'minaat wal muslimiina wal muslimaat
    al-ahyaa-i minhum wal amwaat innakas samii'un qariibun mujiibud da'wat
    wa yaa qaadhiyal haajaat
    allahumma inna....

    baca do'a yang lain dan ditutup do'a
    rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah wa fill aakhiraati hasanah wa qinaa 'adzaaban naar
  15. Penutup khutbah kedua (bacaan ini didekritkan oleh khalifah umar bin abdul aziz harus dibaca
  16. karena pada masa itu khutbah jum'at sering digunakan untuk menyerang lawan politik oleh para
  17. khatib, diambil dari surat an nahl 90)
    'ibaadallah
    innallaaha ya-muruu bil 'adli wal ihsaan
    wa iitaa-i dzil qurbaa
    wa yanhaa 'anil fahsyaa-i wal munkari wal baghyi
    yaizhzhukum la'allakum tadzakkaruun
    fadzkurullaaha 'azhiimi wa yadzkurkum
    fastaghfirullaaha yastajib lakum
    wasykuruuhu 'alaa ni'matil latii
    wa ladzikrullaahu akbaru
    wa aqiimish shalah
  18. Iqamat untuk shalat jum'at

KARAKTERISTIK SEORANG WIRAUSAHA ISLAM


Dalam ajaran Islam, ada beberapa sifat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu :

1. Sifat takwa, tawakal, dzikir dan syukur
Sifat-sifat di atas harus benar-benar dilaksanakan dalam kehidupan (praktek bisnis) sehari-hari. Ada jaminan dari Allah bahwa : barang sapa yang takwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Tawakal ialah suatu sifat penyerahan diri kepada Allah secara aktif, tidak cepat menyerah. Berdzikir artinya selalu menyebut Asma Allah dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa takut serta tidak mengeraskan suara dalam segala keadaan. Selalu ingat Allah membuat hati menjadi tenang, segala usaha dapat dilakukan dengan kepala dingin dan lancar. Selain itu rasa syukur juga akan membuat hati menjadi tenang, ungkapan rasa syukur ini dapat dilakukan baik secara diam-diam dalam hati maupun diucapkan dengan lisan atau dalam bentuk perbuatan.

2. Jujur
Dalam suatu hadis dinyatakan : Kejujuran itu akan membawa ketenangan dan ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan (HR. Tirmidzi). Jujur dalam segala kegiatan bisnis, menimbang, mengukur, membagi, berjanji, membayar hutang, jujur dalam berhubungan dengan orang lain akan membuat ketenangan lahir dan batin.

3. Niat suci dan ibadah
Bagi seorang muslim melakukan bisnis adalah dalam rangka ibadah kepada Allah. Demikian pula hasil yang diperoleh dalam bisnis akan dipergunakan kembali di jalan Allah.

4. Adzan dan bangun lebih pagi
Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya, agar mulai bekerja sejak pagi hari, selesai sholat subuh, jangan kamu tidur, bergeraklah, carilah rizki dari Tuhanmu. Para malaikat akan turun dan membagi rizki sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

5. Toleransi
Toleransi, tenggang rasa, tepo seliro, lamat diawak katuju diurang (Minang) harus dianut oleh orang-orang yang bergerak dalam bidang bisnis. Dengan demikian tampak orang bisnis itu supel, mudah bergaul, komunikatif, praktis, tidak banyak teori, fleksibel, pandai melihat situasi dan kondisi, toleransi terhadap langganan, dan tidak kaku.

6. Berzakat dan berinfaq
Mengeluarkan zakat dan infaq harus menjadi budaya muslim yang bergerak dalam bidang bisnis. Harta yang dikelola dalam bidang bisnis, laba yang diperoleh harus disisihkan sebagian untuk membantu anggota masyarakat yang membutuhkan. Dalam ajaran Islam sudah jelas bahwa harta yang dizakatkan dan diinfaqkan tidak akan hilang, melainkan menjad tabungan yang berlipat ganda baik di dunia maupun diakhirat. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim menyatakan :
�Tidaklah harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan Allah tidak akan menambahkan orangyang suka memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang yang suka merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.
Dalam sebuah hadis Qudsi Allah berfirman, yang artinya : Berinfaqlah kamu, niscaya Allah akan memberi belanja kepadamu (Muttafaq�Alaih).
Al Qur�an menyatakan : Barang siapa yang takwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi jalan keluar baginya. Dan Allah memberi rizki dari arah atau sumber yang tidak disangka-sangka. (QS. At Thalaq : 2-3).

7. Silaturrahmi
Orang bisnis seringkali melakukan silaturrahmi dengan partner bisnisnya ataupun dengan langganannya. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwa seorang Islam harus selalu mempererat silaturrahmi satu sama lain. Manfaat silaturrahmi ini di samping mempererat ikatan persaudaraan, juga sering kali membuka peluang-peluang bisnis yang baru. Hadis Nabi menyatakan :
Siapa yang ingin murah rizkinya dan panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat hubungan silaturrahmi (HR. Bukhari).
Kegiatan produksi saat ini sudah menggunakan mesin yang serba canggih, tidak dapat dilakukan oleh orang-orang awam, akan tetapi harus menggunakan manajemen yang baik. Haruslah seorang wirausaha yang akan mengurusnya, sebab segala sesuatu urusan akan hancur apabila diurus oleh orang yang bukan ahlinya. Seperti dinyatakan dalam hadis berikut :
Apabila urusan di serangkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya (HR. Bukhari).
Fungsi-fungsi manajemen seperti planning, organizing, actuating, controlling, sangat membutuhkan seorang wirausaha dalam pelaksanaannya, seupaya perusahaan, organisasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Semoga Bermanfaat